Sunday, November 27, 2016

Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional


1.       Contoh Kepemimpinan Transformasional
James McGregor Burns, dalam bukunya yang berjudul “Leadership”, mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional mencakup dua unsur yang bersifat hakiki, yaitu “relasional” dan “berurusan dengan perubahan riil”. Kepemimpinan transformasional terjadi ketika seorang (atau lebih) berhubungan dengan orang-orang lain sedemikian rupa sehingga para pemimpin dan pengikut saling mengangkat diri untuk sampai kepada tingkat-tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan mengenai kepemimpinan transformasional diatas, contoh pemimpin di Indonesia yang saya rasa memiliki sifat kepemimpinan transformasional adalah presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi-kontribusi Ir. Soekarno khususnya pada saat berjuang meraih kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno dikenal sebagai sosok yang sangat berani dan sanggup memotivasi masyarakat khususnya para pemuda melalui pidato-pidatonya yang terkenal dapat membakar semangat para pendengarnya. Kutipan pidato Soekarno yang sangat terkenal adalah, “Berikan aku 1000 orang tua maka akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia.” Berkat kepemimpinan Ir. Soekarno, banyak lahir pemimpin-pemimpin muda lain di daerah-daerah yang terinspirasi oleh semangat beliau. Menjelang tercapainya kemerdekaan, para pemuda dan para pejuang tua bersatu untuk mengatur strategi. Semangat yang sangat besar dari berbagai kalangan tersebut yang merupakan hasil dari gaya kepemimpinan transformasional Ir. Soekarno yang mampu membangun semangat dan melahirkan jiwa-jiwa pemimpin baru dalam diri seseorang. Hal ini pun mendorong perubahan riil,  yaitu rakyat Indonesia di berbagai daerah yang tadinya terpecah belah dapat bersatu dan mencapai kemerdekaan.

2.       Contoh Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional ini terwujud ketika para pemimpin dan para pengikut (konstituen) berada dalam sejenis hubungan pertukaran (exchange relationship) satu sama lain agar kebutuhan masing-masing pihak dipenuhi. Jadi, semacam “barter” (tukar-menukar). “Pertukaran” ini dapat berupa pertukaran yang bersifat ekonomis, politis atau psikologis, dan contoh-contohnya dapat mencakup “menukar” tenaga kerja yang disumbangsihkan dengan imbalan bayaran upah, memberi suara untuk memperoleh political favors.

Berdasarkan pengertian diatas, banyak pemimpin di Indonesia yang memiliki karakter kepemimpinan transaksional. Diantaranya adalah kepemimpinan Presiden Soeharto. Selama masa orde baru Golkar berhasil menjadi kekuatan politik di Indonesia. Dalam fenomena ini dapat dilihat bahwa Soeharto merupakan pilar utama kekuatan Golkar pada saat itu, ditambah birokrasi dan ABRI, terbukti dalam kemenangan Golkar yang selalu tampil menjadi mayoritas tunggal dalam pemilu dan dalam parlemen pada 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Selama berpuluh-puluh tahun berkuasa, Golkar menduduki jabatan-jabatan penting mulai dari eksekutif, legislatif dan yudikatif termasuk hingga sampai kepada lembaga-lembaga struktur di daerah-daerah. Hal ini sangat wajar karena Golkar sebagai partai hegemoni dan setiap pemilihan di masa Orde Baru Golkar selalu menjadi partai pemenang dalam Pemilihan Umum. 

Bukanlah rahasia lagi bahwa struktur lembaga pemerintahan Golkar ini tidak terpisahkan dari birokrasi ABRI. Kehadiran Golkar ataupun apparat militer di dalam kelembagaan pemerintah merupakan hasil dari pilihan rakyat, namun demikian pilihan tersebut merupakan suatu pilihan yang sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah yang berkuasa, sehingga partai Golkar lah yang selalu menang. Banyak yang berpendapat bahwa kerap kali terjadi tindak kekerasan politik dengan actor utama militer yang membuat Golkar selalu sukses menang dalam pemilu. Penggunaan kekerasan militer pada masa orde baru ini dijadikan “prosedur tetap” untuk mengendalikan dan memobilisasi masa pemilih guna memenangkan Golkar. Sebagai imbalan karena telah memastikan Golkar terus menang dalam pemilu, pihak ABRI pada masa pemerintahan orde baru  diikutsertakan dalam sebagaian besar struktur pemerintahan, tidak hanya dalam hal pertahanan dan keamanan saja. Hal ini dapat kita lihat dalam struktur-struktur lembaga-lemabaga pemerintahan daerah yang didalamnya masih di dominasi oleh orang-orang dari partai Golkar dan aparat militer (Mulai dari DPRD, kepala daerah, wakil hingga sekretaris daerah). Akibatnya, lembaga-lembaga negara lain khususnya di daerah selalu bergantung kepada keputusan pusat dan pelaksanaannya tidak jauh-jauh dari pemerintah pusat, dengan kata lain pemerintahan negara yang lain selain pusat tidak terlalu memiliki fungsi yang signifikan.


Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa pada beberapa keputusan, Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan transaksional. Dengan bantuan dan perlindungan ABRI, Partai Golkar yang dipimpinnya dapat terus memenangkan pemilu untuk kurun waktu yang tidak sebentar, dan sebagai gantinya ABRI diberikan kedudukan yang luas dan cukup signifikan dalam pemerintahan orde baru. 

Sumber:
Hartanto, F.M. (2009). Paradigma baru manajemen Indonesia menciptakan nilai dengan bertumpu pada kebajikan dan potensi insani. Bandung: PT Mizan Pustaka

Fannanie, Z. (1999). Perlawanan rakyat terhadap hegemoni kekuasaan: dari putihisasi sampai reformasi kekuasaan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Kepemimpinan


A.      Definisi Kepemimpinan
Menurut Harold Knootz dan Cyrill O’ Donnelle (1976) kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan
Selanjutnya, menurut Paul Hershey dan Kenneth H. Blanchard (1982) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Selain itu, menurut Gary Yukl kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses  memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi individu dalam suatu organisasi atau kelompok untuk memahami dan menyelesaikan tugas secara efektif demi mencapai tujuan bersama.

B.      Tipe-tipe kepemimpinan
1.       Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2.       Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b.      Mereka bersikap terlalu melindungi.
c.       Mereka  jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
d.      Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
e.      Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri
f.        Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.       
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3.       Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a.              Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana
b.             Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
c.              Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan
d.             Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
e.             Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f.               Komunikasi hanya berlangsung searah.

4.       Tipe Kepemimpinan Otokratis (Authoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
a.       Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi
b.      Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
c.       Berambisi untuk merajai situasi
d.      Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
e.      Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan
f.        Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
g.       Adanya sikap eksklusivisme
h.      Selalu ingin berkuasa secara absolut
i.        Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku
j.        Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5.       Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6.       Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7.       Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8.       Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

C.      Syarat- syarat kepemimpinan

1.       James A. Lee mengemukakan syarat syarat pemimpin, sebagai berikut :
a.       Kapasitas : kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara (verbal facility), keaslian, kemampuan menilai.
b.      Prestasi (achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga dan atletik dan lain-lain.
c.       Tanggung jawab : Mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percara diri, agresif dan punya hasrat untuk unggul.
d.      Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
e.     Status : Meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.

2.       Syarat syarat Pemimpin yang harus dimiliki menurut Earl Nigtingale dan Whitt Schult, yaitu :
a.       Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individu-alism).
b.      Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (Curious).
c.       Multi-terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
d.      Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
e.      Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
f.       Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.
g.      Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti.
h.      Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet realistis.
i.         Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
j.        Berjiwa wiraswasta.
k.       Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko.
l.        Tajam firasatnya, tajam dan adil pertimbangannya.
m.    Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan
n.      Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.
o.      Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi.

Sumber:
Mulyana, D. (2005). Komunikasi efektif : suatu pendekatan lintas budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

“Tipe-tipe kepemimpinan”. 31 Agustus 2010. http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/


Soekarso & Putong, I.  (2015) .Kepemimpinan kajian teoritis dan praktis. Buku&Artikel karya Iskandar Putong

Saturday, October 15, 2016

Komunikasi dan Peran Psikologi Manajemen dalam Organisasi



A. Definisi Komunikasi 

      Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses di mana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang (verbal maupun non-verbal) untuk mengubah tingkah laku.
     Sedangkan komunikasi menurut Theodorson dan Theodorson adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang  lain terutama melalui simbol-simbol.
     Selanjutnya, komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan.
    Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah salah satu proses sosial dimana individu memberikan informasi yang berupa emosi, sikap, dan ide-ide kepada individu lain biasaanta dengan lambang-lambang baik verbal maupun non-verbal.
       
B. Dimensi- dimensi Komunikasi

       Komunikasi sebagai proses sosial  tentu saja terdiri dari berbagai macam dimensi diantaranya:

1.  Isi
Dimensi isi mengacu kepada apa yang ada dalam komunikas tersebut dan apa yang di sampaikan, dengan kata lain dimensi isi merupakan isi dari komunikasi tersebut yang ingin di sampaikan oleh komunikator. Tanpa adanya dimensi ini komunikasi tentu tidak dapat berjalan karena tidak ada hal yang ingin di komunikasikan.

2.  Kebisingan:
Dimensi kebisingan didefinisikan sebagai tinggi rendahnya dan keras pelannya suara yang diakibatkan oleh terjadinya komunikasi. Singkatnya, dimensi kebisingan adalah gaduhnya suara yang dikarenakan oleh berjalannya komunikasi.

3. Jaringan:
Dimensi jaringan didefinisikan sebagai seberapa luas komunikasi yang terjadi dan berapa orang yang dijangkau dalam komunikasi tersebut diantaranya adalah pada komunikasi yang bergantung pada sinyal.

4.  Arah:
Dimensi arah menggambarkan bagaimana arah dan jumlah orang yang terlibat dalam sebuah komunikasi. Sebagai contoh komunikasi dua arah adalah komunikasi yang melibatkan interaksi dua orang yang saling menjawab dan bertukar informasi.

C. Peran psikologi manajemen dalam suatu organisasi

Selanjutnya, akan dibahas mengenai peran psikologi manajemen dalam suatu organisasi.

     Psikologi manajemen sendiri merupakan cabang ilmu yang mempelajari mengenai penerapan ilmu mengenai perilaku manusia yang diterapkan dalam rangka melancarkan pengaturan, perencanaan, penggolongan, dan pengontrolan suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan begitu ilmu perilaku manusia tersebut sejatinya diterapkan kepada sumber daya manusia yang melakukan kegiatan organisasi tersebut sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih lancar. Lalu, apakah peran psikologi manajemen dalam suatu organisasi?               

    Dilihat dari pengertiannya saja, tentu dapat tergambar bahwa peran psikologi manajemen pada suatu organisasi sangat besar. Karena organisasi pada umumnya diperuntukkan dan dikendalikan oleh manusia, maka sangat penting mempelajari perilaku manusia itu sendiri. Misalnya saja organisasi yang bergerak di bidang produksi dan konsumsi, dalam hal marketing, psikologi manajemen sangat membantu dalam mengajarkan mengenai macam-macam tipe konsumen dan kebutuhan-kebutuhannya. Tipe konsumen yang berbeda tentu memiliki kebutuhan yang berbeda. Selain itu, dalam hal sales, psikologi manajemen mengajarkan macam-macam cara komunikasi yang dapat menarik konsumen untuk membeli suatu barang. Itu hanya contoh kecilnya, selain itu psikologi manajemen berperan dalam hal promosi, perekrutan, penseleksian, produksi, pelatihan dll.

       Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi manajemen memiliki peran yang besar dalam suatu organisasi. Ilmu psikologi manajemen memperlancar kerja setiap sistem dan bagian organisasi sehingga tujuan organisasi lebih mudah untuk di capai.



Sumber:
Effendy,O. (1994). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suprapto, T. (2009). Pengantar teori dan manajemen komunikasi. Jakarta: PT. Buku Kita

Turner, L, Richard, W. (2008). Pengantar teori komunikasi: analisis dan teori edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika

Sunday, October 2, 2016

Psikologi Manajemen: SDM, Organisasi, dan Kepemimpinan




A.    Apa itu Sumber Daya Manusia ?
Dalam mengelola suatu organisasi atau perusahaan banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik dalam menciptakan organisasi yang sinergis dan suksess serta bermanfaat untuk orang banyak. Setiap komponen yang ada dalam organisasi tersebut harus bekerja dengan baik demi tercapainya tujuan tersebut. Faktor-faktor tersebut tentu sangat banyak. Diantara banyaknya faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam suatu organisasi, ada beberapa faktor utama yang paling penting untuk digali. Berikut akan dibahas faktor-faktor tersebut diantaranya:
1.      Sumber Daya Manusia
2.      Organisasi
3.      Kepemimpinan

Pertama, terkait dengan sumber daya manusia yang mempengaruhi suatu organisasi, berikut merupakan pendapat beberapa ahli:
1.      Mathis dan Jackson (2006, h.3) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

2.      M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

3.      Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Jadi, berdasarkan  pendapat-pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah penggunaan bakat dan kemampuan manusia secara efektif dan efisien yang dirancang dalam sebuah sistemn formal yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan cara melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan. Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang tak kalah penting dalam sebuah perusahaan, dan merupakan pendukung untuk faktor-faktor lainnya, seperti modal, dan sarana prasarana. Dengan begitu, sumber daya manusia wajib dikelola dengan baik demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi atau suatu perusahaan.

B.     Organisasi
Seperti yang kita tau sebelumnya kita telah membahas mengenai sumber daya manusia, yang dikelola demi kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi. Kita telah sering mendengar istilah organisasi dimana-mana namun artinya masih seringkali rancu bagi kita. Lantas apa itu organisasi?
Menurut Victor A Thompson, pengertian Organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama dengan sangat rasional dan impersonal untuk mencapai beberapa tujuan spesifik yang telah diumumkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Richard Scott, organisasi adalah suatu kelompok  yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan khusus, yang sedikit banyak didasarkan pada asas kelangsungan.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa organisasi sejatinya adalah suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama demi mencapai tujuan organisasi tersebut. Dengan begitu tentu saja sebuah organisasi memiliki tujuan-tujuan yang nyata dan fungsi-fungsi bagi lingkungannya maupun anggotanya. Berikut merupakan tujuan dan fungsi organisasi secara umum:
Tujuan organisasi secara umum, antara lain :
1. Tujuan organisasi adalah untuk merealisasikan keinginan dan cita cita bersama anggota organisasi.
2. Tujuan organisasi yang kedua ialah hasil akhir yang diinginkan di waktu yang akan datang.

Fungsi organisasi secara umum, antara lain :
1. Fungsi organisasi yang pertama adalah untuk memberikan arahan dan pemusatan kegiatan organisasi, mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh organisasi.
2. Fungsi organisasi yang kedua yaitu dapat meningkatkan kemampuan anggota organsasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan masyarakat.
3. Fungsi organisasi yang berikutnya adalah dapat memberikan pengetahuan yang baru kepada anggotanya.

C.    Kepemimpinan
Selain faktor sumber daya manusia, faktor lain yang sangat penting dalam kelangsungan suatu lingkup organisasi adalah faktor kepemimpinan.
Ordway Tead di dalam bukunya The Art of Leadership, menyatakan sebagai berikut : Pengertian Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan lebih jauh Prof. Kimbal Young, menjelaskan bahawa kepempinan adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu, berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
S.P. Siagian menambahkan adanya unsur jabatan yang memberi pengaruhi besar dalam  kepemimpinan seseorang dengan menjabarkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi seseorang yang memiliki jabatan, kedudukan, maupun kemampuan mumpuni dan berpengaruh besar dalam mempengaruhi atau mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Namun, dijelaskan lebih lajut oleh S.P Siagian yang disebut dengan kepemimpinan adalah apabila ajakan atau dorongan pemimpin tersebut berupa perilaku yang positif.
Kepemimpinan meliputi memotivasi dan berkomunikasi dengan para pekerja, baik secara  perorangan maupun kelompok. Juga mencakup membina hubungan yang erat hari demi hari dengan orang-orang, membantu membimbing dan menginspirasi mereka ke arah pencapaian tujuan tim dan organisasi. Kepemimpinan dijalankan dalam tim, departemen, dan divisi begitu pula pada tingkat atas organisasi-organisasi yang besar.
Pada buku-buku teks terdahulu, fungsi kepemimpinan adalah tentang cara para manajer memotivasi para pekerja untuk bekerja dan melaksanakan rencana-rencana manajemen dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka. Pada masa sekarang dan mendatang, para manajer, dalam hal ini berperan sebagai pemimpin, perlu untuk mampu dengan baik menggerakkan orang-orang untuk menyumbangkan ide-ide mereka, untuk menggunakan otak mereka dalam cara yang tidak pernah diminta atau dibayangkan di masa lalu.

D.    Kaitan SDM, Organisasi, dan Kepemimpinan
Dalam sebuah manajemen organisasi, tentu saja 3 faktor yang telah di jabarkan diatas memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Kaitan dari sumber daya manusia dan organisasi itu sendiri  adalah bahwa organisasi merupakan wadah dari berkembangnya dan berfungsinya bakat-bakat dan kompetensi yang ada dalam sumber daya manusia yang tersedia. Tanpa adanya organisasi yang sesuai, sumber daya manusia, berapapun banyaknya, dengan kemampuan yang ada dalam dirinya tidak akan berguna baik untuk orang lain maupun untuk dirinya sendiri, karena tidak adanya wadah untuk menampung, mengembangkan, dan mencari keuntungan dari kemampuan-kemampuan dari sumber daya manusia itu sendiri. Dengan kata lain, tanpa adanya organisasi, sumber daya manusia dengan segala potensi didalamnya, akan menjadi sia-sia.
            Sebaliknya, suatu organisasi tidak akan bergerak tanpa adanya sumber daya manusia yang bekerja dan bergerak demi melancarkan tujuan organisasi tersebut. Sumber daya manusia dengan segala kemampuannya dan potensinya lah yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Terbentuknya suatu organisasi dengan visi misi yang berkualitas akan sia sia belaka tanpa adanya sumber daya manusia yang bekerja dalam rangka berusaha mewujudkan visi misinya tersebut.
            Lalu bagaimana sumber daya manusia yang begitu banyak dengan berbagai macam kemampuan dapat bekerja dengan sinergis demi mencapai suatu tujuan? Apa yang dapat mendorong hal tersebut? Dalam hal ini lah diperlukannya kepemimpinan yang bagus, yang dapat mengajak, mendorong, dan memotivasi sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerja sebaik-baiknya demi mewujudkan tujuan-tujuan organisasi yang dibinanya. Dengan segala cara, karisma, dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimipin, pemimpin yang baik dapat mendorong sumber daya manusia untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya yang nantinya dapat berguna demi meningkatkan kinerja organisasi. Dengan begitu, sumber daya manusia akan diapresiasi lebih untuk peningkatan kinerjanya, dan pemimpin pun mendapatkan keuntungan dari majunya organisasi yang dibinanya karena telah memimpin dan membina sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya.
            Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa SDM, organisasi, dan kepemimpinan sangat berkaitan satu sama lain, organisasi sebagai wadah SDM memanfaatkan kemampuannya, SDM sebagai sumber organisasi meningkatkan kualitasnya, kepemimpinan sebagai faktor pendorong kinerja organisasi. Ketiga hal ini berkaitan dan bekerja sinergis demi mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.

E.     Contoh yang ada di Indonesia



Salah satu wiraswasta yang terkenal dan memiliki sifat kepemimpinan yang khas di Indonesia adalah Bob Sadino. Bob Sadino adalah seorang pengusaha yang berangkat dari nol, tapi kemudian berhasil mengembangkan bisnis hingga besar dan bertahan lebih dari 40 tahun. Dilansir dari salah satu buku bertajuk “Animal-Based Management” Bob Sadino sebagai pemimpin perusahaan di bidang peternakan dan makanan Indonesia memiliki gaya kepemimpinan yang santai. Pemimpin jaringan usaha “Kem food” dan “Kem chick” ini penampilannya jauh dari kesan formal. Pria yang sering disapa “Om  Bob” ini identik dengan pakaian berupa kemeja lengan pendek dan celana pendek. Gaya beliau pun jauh dari kesan birokratis. Beliau dapat dengan santai dan tangkas bertegur sapa dan berakrab-akrab ria dengan para relasi, pelanggan, dan terutama para stafnya. Bob Sadino memperlakukan karyawannya seperti keluarga dan selalu memotivasi para karyawannya agar bekerja dengan baik dan bahkan karyawannya mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan tersebut. Dengan begitu, tidak perlu terlalu ketat mengawasi pegawainya setiap saat karena masing-masing telah sadar akan tanggung jawab dan tugasnya dikarenakan rasa ingin memiliki tadi. Singkatnya Om Bob ini tidak menyukai formalitas.
         Namun begitu, Om Bob juga sangat tegas terhadap kedisiplinan karyawan. Om Bob juga dikenal tidak serta merta mencanangkan peraturan dalam memimpin sebuah perusahaan. Ia selalu menawarkan terlebih dahulu rancangan peraturan yang akan dibuatnya kepada karyawannya, supaya kebijakannya dapat diikuti semua karyawan tanpa adanya konflik. Dalam setiap wawancara dan seminar yang dihadirinya,  Om Bob juga selalu menekankan pentingnya berani untuk memulai sesuatu dengan karakter bicaranya yang terkenal spontan dan blak-blakan. Dia bahkan pernah berkata bisnis yang baik adalah bisnis yang dimulai, bukan hanya di renungkan saja.
          Tak heran buku “Animal Based Management” mengkategorikan Om Bob sebagai pribadi pemimpin yang mirip dengan karakter buaya, yang disiplin, memburu tanpa kenal lelah, kritis, berani maju sendiri dan hebat dalam menggerakkan orang-orang lain untuk bertindak, mengasuh, mempercayai untuk melakukan delegasi dalam penguatan tim serta mampu berkomunikasi dengan baik. Karakter kepemimpinan seperti ini juga disebut juga dengan karakter kepemimpinan Alpha Eksekutor oleh Ludeman dan Erlandson dalam bukunya yang terkenal berjudul “Alpha Man Syndrome. Gaya kepemimpinan Bob Sadino ini bahkan disejajarkan dengan gaya kepemimpinan wakil presiden Jusuf Kalla.
        Dengan karakter kepemimpinan yang berorientasi jelas namun santai tersebut, Bob Sadino berhasil menjadi ikon wirausahawan Indonesia. Bob Sadino yang mengawali kariernya dalam bidang wirausahawan dan peternakan dengan menjual telur ayam secara berkeliling, kini telah menjadi salah satu milyader di Indonesia. Catatan awal tahun 1985 menyebutkan bahwa perusahaan Bob rata-rata menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan sayuran segar sekitar 100 ton. Sekarang perusahaan tersebut telah berkembang menjadi PT. Kemang Food Industries. Om Bob berhasil membuka 2 cabang Kem Chicks yaitu salah satu supermarket besar di  daerah Kemang yang mayoritas pengunjungnya adalah penduduk ekspatriat, serta Kem Farm yang merupakan ladang sayur pertama yang menggunakan sistem hidroponik. Selain bisnis makanan Om Bob juga memiliki bisnis The Mansion at Kemang yang merupakan hasil kerja sama Om Bob dengan salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia. Dapat dibayangkan dari hasil kegigihan dan kepemimpinan yang handal, Om Bob kini memiliki ribuan karyawan, dengan begitu ikut membuka lapangan pekerjaan di Indonesia.
        Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan, organisasi, dan SDM itu saling mempengaruhi. Dengan gaya kepemimpinan yang hebat, seseorang dapat menjalankan dan melebarkan sayap sebuah organisasi menjadi jauh lebih berjaya, tidak hanya mencapai tujuan awal organisasi tersebut, namun juga dapat berinovasi jauh lebih maju, menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang. Dengan gaya kepemimpinan yang hebat suatu organisasi dapat berkembang pesat dan menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi sumber daya manusia di Indonesia. Dan dengan gaya kepemimpinan yang hebat pula, sumber daya manusia yang ada termotivasi tinggi dan senang melakukan pekerjaannya. Organisasi pun menjadi organisasi yang berjaya dengan adanya pemimpin yang hebat, sumber daya manusia yang motivasi dan kualitas kerjanya tinggi, serta reputasi yang baik sehingga banyak orang yang ingin ikut andil dan bekerja dalam organisasi tersebut.

Sumber:
Batteman, T.S., Scott A. Snell. (2008). “Manajemen: Kepemimpinan dan kolaborasi dalam dunia yang kompetetif”. Jakarta: Salemba humanika
Hariandja, M. (2007). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Grasindo
Wahono, S, Dofa Purnomo. (2010). “Animal Based Management”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
“5 Pengertian sumber daya manusia menurut para ahli” http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-manusia/. Diakses 2 Oktober 2016
Ali, U. “ Pengertian, fungsi, dan sejarah kepemimpinan”. http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-fungsi-dan-sejarah-kepemimpinan.html. Diakses 2 Oktober 2016.
Apinino, R. “Ini dia beberapa bisnis milik bob sadino”. http://bisnis.liputan6.com/read/2163531/ini-dia-beberapa-bisnis-milik-bob-sadino. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016.
J, Bambang. “Bob Sadino, dari karyawan, kuli bangunan, hingga pengusaha sukses”. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/19/193350126/Bob.Sadino.dari.Karyawan.Kuli.Bangunan.hingga.Pengusaha.Sukses. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016.