Tuesday, March 22, 2016

Kesehatan Mental Menurut Aliran Psikoanalisa dan Humanistik


A.      Aliran Psikoanalisa        


                                                             
Psikoanalisa merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1938). Inti dari teori psikoanalisa adalah alam bawah sadar dan kejadian di masa lampau terutama masa kecil. Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual. Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga menggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.

Dorongan-dorongan dan keinginan yang ingin muncul dalam bentuk perilaku pada diri kita ini berasal dari tingkat kehidupan mental yang telah di rumuskan oleh Freud. Bagi freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Dalam psikoloi Freudian, ketiga tingkat kehidupan mental ini dipahami, baik sebagai prose maupun lokasi. Berikut merupakan pengertian yang lebih lanjut:


a.       Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita.

b.    Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconsciuous) ini memuat semua elemen yang tak disadar, tetapi bisa muncul dalm kesadaran dengan cepat atau agak sukar.

c.    Alam Sadar
Alam sadar yang memainkan peran tidak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemn-elemen mental yang setiap saat berasda dalam kesadaran. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar masuk kea lam sadar. Pintu pertama adalah melalui system kesadaran perseptual dan yang kedua dating dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.

Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.

Selain dorongan-dorongan yang mendasari perilaku tesebut, Teori psikologi Freud juga didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego. Id merupakan energi psikis yang didasari oleh prinsip kesenangan dan tidak bermoral, Ego merupakan energi psikis yang bekerja berdasarkan prinsip realitas selain itu juga mencari jalan keluar supaya id dan ego sama-sama dapat terpuaskan tanpa merugikan yang lainnya, sedangkan Super Ego merupakan energi psikis yang bekerja berdasarkan prinsip moralitas dan norma-norma yang ada. 

Hubungan Psikoanalisa dengan Kesehatan Mental
Dengan begitu, bila kita hubungkan ke kesehatan mental, aliran psikoanalisa tentu memandang kesehatan mental sebagai seimbangnya fungsi, id, ego, dan super ego. Dengan kata lain orang yang sehat mentalnya dapat menyesuaikan berbagai dorongan dalam dirinya dengan kenyataan dan norma yang ada. Dengan demikian, telah tumbuh kemampuan untuk mengatasi tekanan-tekanan yang berasal dari berbagai tingkat kehidupan mental yang ada pada kehidupan kita. Sehingga tercapailah individu yang tidak memiliki gangguan pada mental dan sehat secara mental.

B.    Aliran Humanistik




Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Selain Abraham Maslow. Psikolog yang mengembangkan aliran Humanistik adalah Carl Rogers dan Gordon Allport.

Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik memandang behavorisme mendehumanisasi manusia. Yang paling menonjol dari psikologi humanistik adalah hirarki kebutuhan manusia yang dipopulerkan oleh Maslow dalam bukunya “Motivation and Personality” meliputi:


1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2) Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs / the security needs)
3) Kebutuhan rasacinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)


Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan. Aliran ini menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih baik, memiliki pandangan yang optimistic dan berharap lebih baik.

Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Maka dari itu, ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat. Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Hubungan Aliran Humanistik dengan Kesehatan Mental
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa orang yang sehat mentalnya menurut aliran humanistik adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri mereka. Yaitu, orang yang mampu mengedepankan keunikan diri mereka dalam mengatasi segala masalah dan dan memenuhi kebutuhannya karena setiap individu telah dibekali kognisi dan hati nurani untuk melakukan hal tersebut. Manusia yang sehat mentalnya harus dapat mengatasi permasalahan dalam hidupnya dengan yakin akan keunikan dan kemampuannya sendiri dan terus mengembangkan kemampuan tersebut.


SUMBER: 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/e/e0/Abraham_Maslow.jpg
Feist, Jess, & Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian (buku 2) (edisi 7). Jakarta: Salemba Humanika 
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius
Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.




No comments:

Post a Comment